Per 0.5 mL Adsorbed diptheria toxoid not <30 IU, adsorbed tetanus toxoid not <40 IU, adsorbed pertusis toxoid 25 mcg, adsorbed filamentous haemagglutinin 25 mcg, adsorbed pertactin 8 mcg, adsorbed recombinant HBsAg 10 mcg, 40 D-antigen U of type 1 (Mahoney), 8 D-antigen U of type 2 (MEF-1) & 32 D-antigen U of type 3 (Saukett) of the inactivated poliovirus, adsorbed polysaccharide of HiB (PRP) 10 mcg (conjugated to tetanus toxoid approx 25 mcg), adsorbed on Al hydroxide hydrated (Al(OH)3 0.5 mg Al3+, adsorbed on Al phosphate (AlPO4) 0.32 mg Al3+.
Vaksinasi primer utk bayi & booster utk balita terhadap difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, poliomielitis, & Haemophilus influenzae tipe B.
Inj IM dalam Vaksinasi primer Bayi cukup bulan 3 dosis atau 2 dosis, dg interval pemberian antar dosis sekurang-kurangnya 1 bulan. Dosis booster dpt diberikan sekurang-kurangnya 6 bln ssdh pemberian dosis primer terakhir & dianjurkan utk diberikan antara 11 & 13 bln (2 dosis) & sblm 18 bln (3 dosis). Bayi prematur yg lahir setelah setidaknya 24 minggu kehamilan 3 dosis dg interval paling sedikit 1 bulan antara dosis utama. Dosis booster dapat diberikan setidaknya 6 bln setelah pemberian dosis utama terakhir & sebaiknya sebelum usia 18 bulan.
Hipersensitivitas thd substansi aktif atau salah satu komponen vaksin atau residu vaksin atau ssdh pemberian vaksin DPT, hepatitis B, polio, atau vaksin HIB sebelumnya. Ensefalopati yg tdk diketahui penyebabnya, terjadi dlm waktu 7 hr ssdh vaksinasi sebelumnya dg vaksin yg mengandung pertusis.
Hipersensitivitas terhadap neomisin & polimiksin. Tunda vaksinasi pd pasien dg penyakit demam akut berat. Bukan untuk pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh patogen selain Corynebacterium diphtheriae, Clostridium tetani, Bordetella pertussis, HBV, poliovirus atau HIB. Jangan diberikan secara intravaskular atau intradermal. Suhu ≥40°C; kolaps atau keadaan seperti syok (episode hipotonik-hiporesponsif); tangisan yg terus-menerus dan tidak dapat dihibur selama ≥3 jam, terjadi dalam 48 jam setelah vaksinasi; kejang dg atau tanpa demam, terjadi dalam 3 hari ssdh vaksinasi. Anak dg kelainan neurologis progresif, misalnya spasme infantil, epilepsi tak terkontrol, atau ensefalopati progresif. Trombositopenia atau gangguan perdarahan. Respons imun protektif mungkin tidak muncul pd semua penerima vaksin. Pasiendg ggn sistem imun. Sinkop (pingsan) dpt terjadi. Hasil tes urin positif dapat diamati dalam 2 minggu setelah vaksinasi. Pasien dg riwayat kejang demam atau riwayat keluarga kejang atau sindrom Kematian Bayi Mendadak hrs dipantau secara ketat. Peningkatan angka pelaporan kejang & episode hipotonik hiporesponsif dg pemberian bersamaan dg Prevenar 13. Potensi risiko apnea & kebutuhan pemantauan pernapasan selama 48-72 jam pd bayi sangat prematur (lahir ≤28 minggu).
Kehilangan nafsu makan; iritabilitas (rewel), menangis yg tdk seperti biasanya, gelisah; gugup; nyeri, kemerahan, pembengkakan lokal pd tempat inj (≤50 mm), demam ≥38°C. Gugup; muntah, diare; pruritus (gatal); bengkak pd tempat inj (>50 mm), & reaksi termasuk indurasi pd tempat inj, demam >39.5°C.
Pemberian bersama dg vaksin konjugat pneumokokus dpt meningkatkan laju reaksi demam. Respons adekuat mungkin tdk diperoleh pd pasien yg mendapat terapi imunosupresan. Lebih sering terjadi demam, nyeri pd tempat inj, kehilangan nafsu makan, rewel jika diberikan bersama dg vaksin MenB & vaksin konjugat pneumokokus 7-valen.
J07CA09 - diphtheria-haemophilus influenzae B-pertussis-poliomyelitis-tetanus-hepatitis B ; Belongs to the class of combined bacterial and viral vaccines.
Infanrix Hexa vaksin (inj)
(pre-filled syringe + 1 dose vial) 0.5 mL x 2's